Aneh..?
iya aneh.
Mengapa
menjadi serunyam ini? Memang aneh.
Dari
satu, aku pindah ke lain. Dari lain, aku pun kembali ke satu. Ntah apa yang
membuat aku seperti ini. Apa mungkin yang membuat ku seperti ini adalah rasa? Ya…
aku rasa memang rasa!
Bermula,
lalu berakhir. Singkat. Tapi aku pastikan banyak cerita di sana.
Aneh
jika terpikir. Tapi rindu lama tak bertemu. Adalah ia seorang wanita cantik
yang aku anggap sebagai malaikat penolong. Benar! Dia yang diutusNya untuk
menolongku. Menolong disaat aku jatuh dan terpuruk. Betapa Allah Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Ia diutusNya untuk membahagiakanku, sungguh kehadirannya
menjadi makna.
Wanita
itu baik, benar-benar baik. Dia selalu membantuku dalam berbagai hal. Khususnya
dalam bidang akademis. Aku dibuatnya tinggi, dalam artian motivasi.
Sangat
sulit mengkisahkan dalam kisah. Juga sangat sulit berperan dalam peran. Andai kau
tau, disini aku bukan berkisah ataupun berperan. Tapi aku benar-benar terkisah
dalam peranNya.
Bukan
maksud untuk mempermainkan, apalagi bermaksud menjadikan pelarian. Sedikitpun
tak pernah terbesit hal semacam itu dipikiranku. Aku datang, dan aku pergi. aneh?
Ya aneh, aku pun tidak bisa menjelaskannya, menjelaskan kenapa itu bisa sampai
terjadi.
Kau
tau? Satu hal yang paling aku inginkan sekarang adalah menjalin komunikasi yang
baik, komunkasi seperti dulu, seperti teman, teman yang baik. Aku punya rasa
takut, rasa takut untuk kehilangan. Kehilanganmu Ana.
Aku
juga tau, kau pasti tersakiti. Tapi sekali lagi aku tegaskan. Bukan maksudku
untuk mempermainkan, apalagi bermaksud menjadikan pelarian. Sedikitpun tak
pernah terbesit hal semacam itu dipikiranku. Aku
sungguh berterima kasih padamu Ana, benar-benar terima kasih. Atas semua yang
telah kau berikan padaku, semua itu sungguh banyak membantuku. Kau aku anggap
sebagai malaikat penolongku Ana.
Kembali.
Itulah yang terjadi padaku Ana. Aku kembali kepada dia, cinta pertamaku. Allah
kembali mengutusnya dan kembali menitipkannya padaku Ana. Allah kembalikan
cintanya padaku, sungguh tak kuasa aku dalam kisahNya.
Aku
tidak bisa bohong, aku cinta dia. Seseorang yang mengajarkan aku apa itu cinta.
Seseorang yang mengajarkan aku apa itu sakit. Seseorang yang mengajarkan aku
apa itu setia. Ia lah seorang wanita yang bersamaku kini. Nadia, itulah nama
dari seorang wanita yang banyak mengajarkanku tentang arti.
Aku
bukan lelaki hebat, aku pun juga bukan lelaki kaya. Aku hanya lelaki biasa yang
hidup dikeluarga sederhana. Keluarga yang hanya terdapat lima orang di dalamnya.
Terdiri dari Bapak dan Ibu, dan dua Adik perempuanku.
Aku
seorang mahasiswa semester 3. Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia di
Universitas Jambi, yang tak masuk dalam kriteria pujangga. Aldi, Aldi Mataher.
Sekilas perkenalanku.
Aku
kembali. Kembali berkisah dengan Nadia. Rasa senang selalu tumbuh saat
sekarang. Ntah mengapa, tapi yang jelas, kembali setelah 10 bulan terpisah
membuatku jatuh di tumpukan kebahagiaan. Allah yang mengatur, dan aku sangat
bersyukur.
Kami
diizinkan untuk bersama lagi. Bersama untuk melanjutkan kisah yang sudah
terjalin 18 bulan lamanya.
Betapa
banyaknya kisa kami yang lalu, yang kami coba ungkit kembali untuk menjadi
cinta. Cinta yang baru, cinta yang kuat, cinta yang utuh.
Begitulah
Ana, sesuatu ini seperti rumit dan runyam untukku. Apa aku bahagia di atas
penderitaanmu? Aku minta maaf Ana. Kau sekarang seperti bungkam, tertutup. Bukan
seperti Ana yang aku kenal dulu. Inilah rasaku Ana, rasa yang aku anggap aneh.
Aku
memang kembali pada dia, jujur akupun cinta dia. Tapi aku tetap peduli padamu.
Kau malaikat penolongku, dan kau adalah temanku.
“Kau
tau? Rasa aneh ini, adalah rasa peduliku,”
Allah
lah yang mempertemukan dan menyatukan kita, dan Allah pula yang memisahkan kita
Ana. Aku datang, aku pergi, dan aku kembali. (***)
0 komentar:
Posting Komentar