TwitterFacebookGoogle PlusLinkedInRSS FeedEmail

TERKISAH DALAM PERANNYA


Aneh..? iya aneh. 
Mengapa menjadi serunyam ini? Memang aneh.
Dari satu, aku pindah ke lain. Dari lain, aku pun kembali ke satu. Ntah apa yang membuat aku seperti ini. Apa mungkin yang membuat ku seperti ini adalah rasa? Ya… aku rasa memang rasa!
Bermula, lalu berakhir. Singkat. Tapi aku pastikan banyak cerita di sana.
Aneh jika terpikir. Tapi rindu lama tak bertemu. Adalah ia seorang wanita cantik yang aku anggap sebagai malaikat penolong. Benar! Dia yang diutusNya untuk menolongku. Menolong disaat aku jatuh dan terpuruk. Betapa Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ia diutusNya untuk membahagiakanku, sungguh kehadirannya menjadi makna.
Wanita itu baik, benar-benar baik. Dia selalu membantuku dalam berbagai hal. Khususnya dalam bidang akademis. Aku dibuatnya tinggi, dalam artian motivasi.
Sangat sulit mengkisahkan dalam kisah. Juga sangat sulit berperan dalam peran. Andai kau tau, disini aku bukan berkisah ataupun berperan. Tapi aku benar-benar terkisah dalam peranNya.
Bukan maksud untuk mempermainkan, apalagi bermaksud menjadikan pelarian. Sedikitpun tak pernah terbesit hal semacam itu dipikiranku. Aku datang, dan aku pergi. aneh? Ya aneh, aku pun tidak bisa menjelaskannya, menjelaskan kenapa itu bisa sampai terjadi.
Kau tau? Satu hal yang paling aku inginkan sekarang adalah menjalin komunikasi yang baik, komunkasi seperti dulu, seperti teman, teman yang baik. Aku punya rasa takut, rasa takut untuk kehilangan. Kehilanganmu Ana.
Aku juga tau, kau pasti tersakiti. Tapi sekali lagi aku tegaskan. Bukan maksudku untuk mempermainkan, apalagi bermaksud menjadikan pelarian. Sedikitpun tak pernah terbesit hal semacam itu dipikiranku. Aku sungguh berterima kasih padamu Ana, benar-benar terima kasih. Atas semua yang telah kau berikan padaku, semua itu sungguh banyak membantuku. Kau aku anggap sebagai malaikat penolongku Ana.
 
Kembali. Itulah yang terjadi padaku Ana. Aku kembali kepada dia, cinta pertamaku. Allah kembali mengutusnya dan kembali menitipkannya padaku Ana. Allah kembalikan cintanya padaku, sungguh tak kuasa aku dalam kisahNya.
Aku tidak bisa bohong, aku cinta dia. Seseorang yang mengajarkan aku apa itu cinta. Seseorang yang mengajarkan aku apa itu sakit. Seseorang yang mengajarkan aku apa itu setia. Ia lah seorang wanita yang bersamaku kini. Nadia, itulah nama dari seorang wanita yang banyak mengajarkanku tentang arti.
Aku bukan lelaki hebat, aku pun juga bukan lelaki kaya. Aku hanya lelaki biasa yang hidup dikeluarga sederhana. Keluarga yang hanya terdapat lima orang di dalamnya. Terdiri dari Bapak dan Ibu, dan dua Adik perempuanku.
Aku seorang mahasiswa semester 3. Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Jambi, yang tak masuk dalam kriteria pujangga. Aldi, Aldi Mataher. Sekilas perkenalanku.
Aku kembali. Kembali berkisah dengan Nadia. Rasa senang selalu tumbuh saat sekarang. Ntah mengapa, tapi yang jelas, kembali setelah 10 bulan terpisah membuatku jatuh di tumpukan kebahagiaan. Allah yang mengatur, dan aku sangat bersyukur.
Kami diizinkan untuk bersama lagi. Bersama untuk melanjutkan kisah yang sudah terjalin 18 bulan lamanya.
Betapa banyaknya kisa kami yang lalu, yang kami coba ungkit kembali untuk menjadi cinta. Cinta yang baru, cinta yang kuat, cinta yang utuh.
Begitulah Ana, sesuatu ini seperti rumit dan runyam untukku. Apa aku bahagia di atas penderitaanmu? Aku minta maaf Ana. Kau sekarang seperti bungkam, tertutup. Bukan seperti Ana yang aku kenal dulu. Inilah rasaku Ana, rasa yang aku anggap aneh.
Aku memang kembali pada dia, jujur akupun cinta dia. Tapi aku tetap peduli padamu. Kau malaikat penolongku, dan kau adalah temanku. 
“Kau tau? Rasa aneh ini, adalah rasa peduliku,”
Allah lah yang mempertemukan dan menyatukan kita, dan Allah pula yang memisahkan kita Ana. Aku datang, aku pergi, dan aku kembali. (***)

0 komentar:

Posting Komentar